SOAL KIMIA ORGAIK II
MID SEMESTER
1. Asam karboksilat
dapat ditransformasi menjadi beberapa turunan. Buatlah skema reaksi perubahan
dari suatu amida menjadi ester selanjutnya dikonversi menjadi asil halida.
2. Usulkan bagaimana
mensintesis suatu Ester yang beraroma buah-buahan (seperti isopentil asetat
yang beraroma pisang). Jelaskan reaksi-reaksi kimia yang terlibat dalam
pembuatan ester tersebut.
3. Jelaskan pengaruh
efek induksi terhadap kekuatan tiga jenis asam karboksilat yang anda sintesis
dari suatu amida.
4. Usulkan amida yang
anda gunakan pada soal no.3 dapat dibiodegradasi oleh suatu mikroorganisme,
bagaimana hasil penguraiannya?
JAWAB
1. SKEMA REAKSI PERUBAHAN AMIDA MEJADI ESTER
ü Amida dihidrolisis
terlebih dahulu sehingga menghasilkan asam karboksilat.
H
/
O O O
ǀǀ H3O + ǀǀ
CH3−C−NH2 CH3−C−NH2 + H2O CH3—C
O
/ \
H H
H
/
O
O
CH3—C +
NH3 CH3—C—OH
+ NH4
O H
ASAM
KARBOKSILAT MENJADI ESTER
O
ǀǀ
CH3—C—OH
+ CH3CH2OH
O
ǀǀ
CH3—C—OCH2CH3+
H2O
ESTER DI KONVERSI MENJADI ASIL HALIDA
O O
ǀǀ CH3OH.HCl ǀǀ
2. Mensintesis suatu Ester yang
beraroma buah-buahan
Ester merupakan suatu senyawa yang dapat disintesis
dari reaksi antara asam karboksilat dan alkohol. Ester memiliki sifat fisik
yang khas yaitu memberikan aroma atau bau yang wangi. Beberapa ester dapat
menghasilkan wangi buah buahan. Namun selain itu ester dapat pula menghasilkan
aroma selain buah buahan.
CONTOH LAINSELAIN ISOPENTIL ASETATADALAH ETIL ASETAT
Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi Fischer dari asam asetat dan etanol dan hasilnya beraroma jeruk (perisa sintesis),
biasanya dalam sintesis disertai katalis asam seperti asam sulfat.
Reaksi di atas merupakan reaksi reversibel dan
menghasilkan suatu kesetimbangan
kimia. Karena itu, rasio hasil
dari reaksi di atas menjadi rendah jika air yang terbentuk tidak dipisahkan.
Di laboratorium, produk etil asetat yang terbentuk dapat dipisahkan dari air dengan menggunakan aparatus
Dean-Stark.
Selain itu reaksi Etil
asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan asam
asetat dan etanol kembali. Katalis asam seperti asam sulfat dapat
menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu
esterifikasi Fischer.
Untuk memperoleh rasio hasil yang tinggi, biasanya
digunakan basa kuat dengan proporsi stoikiometris, misalnya natrium hidroksida. Reaksi ini menghasilkan etanol dan natrium asetat, yang tidak dapat bereaksi
lagi dengan etanol:
CH3CO2C2H5 +
NaOH → C2H5OH + CH3CO2Na
3. pengaruh efek induksi terhadap kekuatan tiga
jenis asam karboksilat yang anda sintesis dari suatu amida
jawab :
Efek induksi merupakan
pemakaian elektro secara bersama di antara kedua elektron terjadi perbedaa
keelektroegatifan
Efek induksi
bekerja pada ikata sigma pada gugus di sekitar H — C
Distribusi elektron
ditetuka : di tentukaan oleh kedua kerapata dari pasangan elektron.
Mendorog
elektron—> efek induksi positif
Menarik elektron
—> efek induksi negatif
Asam metanoat lebih asam dari asam etanoat karena pada asam etanoat terdapat gugus metil yang
mempunyai kemampuan mendorong elektron ikatan melalui ikatan sigma (C-C-O-H) sehingga atom O menjadi relatif
makin negatif, akibatnya atom H sukar lepas sebagai H+, asamnya menjadi lebih
lemah.
Gugus CH3 mempunyai efek induksi
mendorong elektron, diberi simbol +I.
Asam alfamonoflouroetanoat lebih asam dari asam metanoat karena
pada asam alfa monoflouroetanooat
terdapat gugus F yang mempunyai kemampuan menarik elektron ikatan melalui
ikatan sigma sehingga atom O menjadi relatif makin positif, akibatnya atom H
makin mudah lepas sebagai H+, asamnya menjadi lebih kuat.
Gugus F mempunyai efek induksi menarik elektron diberi simbol -I
4. amida yang anda
gunakan pada soal no.3 dapat dibiodegradasi oleh suatu mikroorganisme,
bagaimana hasil penguraiannya
jawab :
contohnya
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme
untuk mengurangi polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim
yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan
mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut
biotransformasi. Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi,
dimana polutan beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan
akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun.
Sejak tahun 1900an, orang-orang sudah
menggunakan mikroorganisme untuk mengolah air pada saluran air. Saat ini,
bioremediasi telah berkembang pada perawatan limbah buangan yang berbahaya
(senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi), yang biasanya dihubungkan
dengan kegiatan industri. Yang termasuk dalam polutan-polutan ini antara lain
logam-logam berat, petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik
terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, dan lain-lain. Banyak
aplikasi-aplikasi baru menggunakan mikroorganisme untuk mengurangi polutan yang
sedang diujicobakan. Bidang bioremediasi saat ini telah didukung oleh
pengetahuan yang lebih baik mengenai bagaimana polutan dapat didegradasi oleh
mikroorganisme, identifikasi jenis-jenis mikroba yang baru dan bermanfaat, dan
kemampuan untuk meningkatkan bioremediasi melalui teknologi genetik. Teknologi
genetik molekular sangat penting untuk mengidentifikasi gen-gen yang mengkode
enzim yang terkait pada bioremediasi. Karakterisasi dari gen-gen yang
bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana mikroba-mikroba
memodifikasi polutan beracun menjadi tidak berbahaya.